Jumat, 27 April 2012

Manajemen pen-CITRA-an & manajemen AKSI,….. BERBEDA JAUH


Manajemen pen-CITRA-an & manajemen AKSI,….. BERBEDA JAUH

http://www.alomet.net/?p= 
Alomet kembali ke ruang publik pada bulan November dan Desember 2010, dengan menyelenggarakan Strategic Workshop.
Setelah 2 tahun ALOMET & Friends tidak menyelenggarakan kegiatan workshopnya karena disebabkan berbagai hal, maka pada tanggal 15-16 November serta 8-9 Desember 2010 kembali menyelenggarakan workshopnya dengan judul : “Merancang Perusahaan SERVICE EXCELLENCE” dan “Merancang Perusahaan BERBIAYA RENDAH” berbasis ARSITEKTUR BISNIS bertempat di MERCANTILE, World Trade Center, Jakarta.
Seperti halnya workshop-workshop sebelumnya, program workshop Alomet kali ini kembali dihadiri oleh para Direksi  serta Senior Manager perusahaan dan lembaga pemerintahan  dan memperoleh apreasi BAIK dari para pesertanya.
Alomet kali ini kembali mengundang 2 orang pembicara tamu yakni :
  1. Prof. Dr Yuri Zagloel, guru besar ilmu Quality  Manajemen dari Universitas Indonesia
  2. Ir. Adirizal Nizar MBA, yang pernah menduduki posisi Direktur Toyota Astra Internasional

Manajemen AKSI (PDCA) di Jepang

PDCA adalah akronim manajemen dari PLANNING, DOING, CHECKING & ACTION  yang digunakan bangsa Jepang untuk mengelola Usaha  dan Industrinya yang diinspirasi oleh Prof Edward DEMING, guru kualitas bangsa Jepang pada tahun 1950-1970-an yang berkebangsaan Amerika.
Akronim ini selalu disebut-sebut dan dinyatakan oleh kedua pembicara tamu tersebut di atas, sebagai dasar untuk meningkatkan PRODUKTIVITAS dan DAYA SAING untuk keberlanjutan usaha perusahaan jangka panjang.
Ilmu-ilmu manajemen apapun yang berkembang di dunia yang berasal dari barat dan masuk ke Jepang tidak pernah menggoyahkan kedudukan PDCA sebagai akar ilmu dasar manajemen Jepang untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumennya baik internal maupun eksternal, sehingga PDCA adalah dasar manajemen Jepang untuk ber-AKSI para pekerja dan pimpinan perusahaannya guna memenangkan persaingan.
Berbasis kepada PDCA inilah, industri-industri Jepang mengembangkan ilmu manajemennya sendiri seperti KEIZEN, KANBAN, GENCHI GENBUTSU dll  yang oleh pakar manajemen barat disebut Continuous Improvement, Just in Time dan Walk the Talk.
Inti dari semua tema manajemen tersebut di atas adalah bagaimana meningkatkan kualitas barang sekaligus menekan biaya perusahaan (costs of company) melalui penghematan, mengurangi pemborosan, dll, sehingga konsumen memperoleh harga barang yang rasional dan makin murah dari waktu ke waktu.
Sebetulnya  hal ini pulalah yang menginspirasi perusahaan-perusahaan KOREA maupun CINA dalam membangun industrinya untuk memenangkan persaingan global. Konsistensi dalam ilmu manajemen diikuti pula oleh konsistensi dalam penggunaan teknologi.
Teknologi buat bangsa Jepang, Korea dan China adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan melalui penggunaannya yang efektif, dan bukan untuk GAYA Hidup.

Manajemen Pen-CITRA-an (PDCA) di Indonesia

Berdasarkan pengamatan penulis, PDCA di Indonesia cukup dikenal pada awal tahun 80an – 90an. Ilmu dasar manajemen ini cukup popoler pada saat itu bersamaan dengan isu-isu manajemen Total Quality Management (TQM), Quality, Cost & Delivery (QCD), dll, tetapi dalam perjalanannya ternyata pengetahuan dan ilmu ini menjadi tenggelam dengan maraknya ilmu manajemen REKAYASA KEUANGAN dan PENCITRAAN di fakultas Ekonomi, ilmu Komunikasi dan Sekolah-sekolah Bisnis di Indonesia.
Ilmu-ilmu manajemen “REKAYASA” untuk jalan pintas  inilah yang menyebabkan banyak dari kita tidak mengenal dan memahami apa hubungan antara PROSES, BIAYA, dan DAYA SAING. Yang terjadi justru PEMBOROSAN dan PEMBOHONGAN di mana-mana, mulai dari pemerintahan sampai di sektor-sektor swasta.
Pemborosan terlihat dari cara berpikir dan bekerja yang lebih mementingkan “Citra” dari pada “Realita”, tidak paham hubungan antara INFRASTRUKTUR, PROSES BISNIS, BIAYA dan  DAYA SAING, sehingga hanya di Indonesialah yang terjadi keadaan di mana Infrastruktur jalan di tempat, tetapi pemerintahnya mengklaim bahwa Ekonomi kita telah tumbuh….
Banyak pakar manajemen tidak dapat membedakan mana yang lebih penting atau memahami hubungan sebab akibat antara PROSES dan KUALITAS KERJA (Quality) dengan RISIKO KERJA (risk). Yang berkembang justru ilmu MANAJEMEN AUDIT DAN RISIKO dengan segala atributnya, sampai-sampai praktek-praktek INNOVATION maupun ENTREPRENEURSHIP menjadi JARGON KOSONG.
Kemudian program REFORMASI BIROKRASI hanya menjadi RETORIKA para pejabat tanpa perbaikan pelayanan kepada masyarakat karena ketidakpahaman tentang PROSES BISNIS yang selalu disamakan dengan SOP (Standard Operating Procedure), padahal dana  proyek reformasi yang telah dikeluarkan jutaan dollar terutama untuk investasi di bidang teknologi Informasi yang berasal dari pinjaman luar negeri.
Saking maraknya ilmu-ilmu manajemen rekayasa tersebut di perusahaan-perusahaan maupun BUMN, karena proses pendidikan dan pelatihannya berbasis PUSH and COMMISSION  management di kalangan eksekutif, membuat para pekerja dan profesional di perusahaan maupun lembaga pemerintahan menjadi MAKIN BINGUNG dan APATIS tentang alat-alat manajemen (management tools) yang mana yang akan dipakai, sementara teriakan atau pernyataan tentang MANAJEMEN KINERJA terus didengung-dengungkan oleh para pemimpin bangsa dan pemimpin perusahaan tanpa memahami MAKNA dan CARA nya mengukur kinerja, karena memang tidak paham tentang apa yang dimaksud dengan PENGUKURAN KINERJA (Measurement & Performance) sehingga wajarlah bila penulis berkesimpulan bila PDCA di Indonesia menjadi :
PLANNING too much, ………Terlalu banyak berwacana dan kemauan
DOING nothing…………………Tidak ada yang dikerjakan karena kebanyakan ngomong
CHECK everything…………….Periksa segala macam administrasi karena takut diAudit
ACTION for image…………….Untuk pencitraan
Untuk mengembalikan Daya Saing anak negeri yang terus terpuruk sampai saat ini, tidak ada jalan lain bagi Alomet & Friends untuk terus mengingatkan publik bahwa sebaiknya kita kembali kepada manajemen AKSI yang lebih substantive dibanding manajemen pen-CITRA-an yang akhirnya menjadi manajemen keBOHONGAN. Untuk itu pada bulan Februari ini kami kembali menyelenggarakan public workshop untuk manajemen AKSI.. lihat disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar